Ketika kau tatap mataku di tingkap malam
rembulan menuliskan kisahnya dalam sejilid kalam
bintang sebagai tandamata, kecupan sebagai tandabaca
kau tanyakan padaku: adakah waktu untukku
bukankah sudah menjadi takdir
waktu tercipta untuk mencintaimu.
rembulan menuliskan kisahnya dalam sejilid kalam
bintang sebagai tandamata, kecupan sebagai tandabaca
kau tanyakan padaku: adakah waktu untukku
bukankah sudah menjadi takdir
waktu tercipta untuk mencintaimu.
Malam demi malam kita bertaburan kata
sebuah perjalanan ke surga
percakapan tak ada habisnya, tak ada matinya
halhal kecil segalanya bermakna
kita saksikan: setangkai bulan tumbuh purnama
kita pun terguyur hujan cahaya.
sebuah perjalanan ke surga
percakapan tak ada habisnya, tak ada matinya
halhal kecil segalanya bermakna
kita saksikan: setangkai bulan tumbuh purnama
kita pun terguyur hujan cahaya.
Lalu kaupetik butirbutir sinarnya
kaujadikan hurufhuruf doa
kautaburkan di pelupuk mata dengan dua jarimu
menjelma sepucuk surat teruntai kata mutiara
terangkai fasih bagai karya pujangga
lihatlah lingkar mataku, berpendar karenanya.
kaujadikan hurufhuruf doa
kautaburkan di pelupuk mata dengan dua jarimu
menjelma sepucuk surat teruntai kata mutiara
terangkai fasih bagai karya pujangga
lihatlah lingkar mataku, berpendar karenanya.
Ketika kutatap matamu di kelambu malam
sepasang cahaya memantul ke dalam jantungku
menjelma debar yang menjalar seluruh nadi
kau bertanya padaku: adakah waktu untukku
bukankah termaktub dalam prasasti
kau tercipta menjadi denyut bagi waktuku.
sepasang cahaya memantul ke dalam jantungku
menjelma debar yang menjalar seluruh nadi
kau bertanya padaku: adakah waktu untukku
bukankah termaktub dalam prasasti
kau tercipta menjadi denyut bagi waktuku.
Puisi Terbaik Lainya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar